Kamis, 22 September 2016

Road Show Lumajang Situbondo dan Bondowoso

Bismillahirrahmanirrahim...

Pengalaman pelajaran dan pengajaran Ust Abu selama Road Show Lumajang Situbondo dan Bondowoso.

Sahabat Sc yang saya hormati dan saya cintai...

Selama 6 hari bersama beliau, banyak sekali yang saya dapatkan dari ilmu ibroh serta pengalaman2 yang beliau ceritakan langsung kepada saya secara pribadi maupun kepada halaqah juga kepada masyarakat umum.

Secara pribadi beliau mengajarkan bagaimana seseorang itu harus kuat tidak boleh lemah. Harus punya pandangan jauh kedepan. Sekali berjalan jangan tolah toleh kebelakang. Harus mulai menjadi konseptor dalam rangka dakwah dan strateginya. Karena tugas kita adalah berdakwah meneruskan risalah para rosul dan harus menjadi muslih. Bukan hanya sekedar sholeh untuk diri sendiri. Dari sinilah saya selalu melihat kegelisahan beliau, selalu memikirkan ummat serta muridnya bahkan beliau tidak putus untuk mendoakan muridnya fardiyan maupun jamaiyan untuk bagaimana sholat center serta ilmu khusyuk ini sampai kepada masyarakat. Engkau adalah pemimpin berskala dunia. Dunia ini milikmu, jadilah pemimpin benar dalam fiqih dakwahmu, yang harus ada candanya, seriusnya, bahkan tegas serta marah apabila diperlukan.

Ketika bertemu dengan sahabat2 sc di tiga tempat tsbt apa yang disampaikan Ust Abu tak henti2 terus menjelaskan kepada sahabat halaqah seputar bagaimana individu2 sdh mulai memperhatikan perjalanan ruh dan sholatnya. Kami diajari bagaimana nyambung ke Allah dalam setiap laku terkhusus didalam sholat. Anggota halaqah sudah harus merasakan Bagaimana ketika takbiratul ihram memang benar dan nyata bahwa hijab itu terbuka sebagai mana dalam kitab alkhusyu di sholat :

أن رفع اليدين في تكبيرة الإحرام فيه الإشارة إلى رفع حجاب الغفلة بينك وبين الله، وفي غير تكبيرة الإحرام إعظاماً لله.
وقال بعضهم: إنها استسلام لله وانقياد له تعالى، كالأسير المستسلم.
وقال بعضهم: نفي الكبرياء عن غير الله.

Sesungguhnya mengangkat kedua tangan dalam takbiratul ihram didalamnya ada isyarat terangkatnya hijab lalai antara dirimu dan tuhanmu, sedangkan takbir selain takbiratul ihram adalah sebagai isyarat untuk mengagungkan Allah. Takbiratul ihram adalah bentuk ketindukan dan keyakinan hanya untuk Allah seperti tawanan yang menyerah. Takbiratul ihram  adalah sebgai bentuk penolakan sifat kesombongan selain Allah. Beliau juga tak henti2 mengingatkan pada setiap pertemuan dengan murid2nya selalu untuk memahami bagaimana meraih jiwa yang muthmainnah sakinah dan istihgraq dalam sholatnya.

Dan seterusnya dalam mengerjakan sholat mengenai makna qiyam hakikatnya sampai salam. Pelajaran tafsir Arrazi yang menguatkan kerohanian serta perjalanannya. Dan dalam belajar seseorang harus merujuk kepada kitab almuktabarah yang berlandaskan quran dan sunnah Rasulullah.

Adapun dalam tabligh akbar beliau selalu memberikan pelajaran dan pengajaran tentang sholat. Dimulai dari pembagian manusia yang khusyuk dalam sholatnya. Mulai dari wudhu waktu batasan serta bagaimana praktek dalam sholat dan memprioritaskan seseorang untuk tumakninah dalam sholat mereka.

Yang sangat terkesan adalah ketika beliau memberikan taujih di Pesantren Mambaul Ulum pada peringatan Haul Kyai Tugu bagaimana beliau berbicara dihadapan bupati bondowoso dan wakil bupati yang juga putra Kyai tugu. Serta dihadapan para kyai pondok serta semua santri. Beliau banyak menceritakan kenangan beliau selama berguru dengan kyai tugu. Yang paling menusuk hati adalah beliau mengungkapkan perkataan kyai "Aneka ria akhirat cong, Beni berek beni temor" bahwa kenikamatan syurga dapat dinikmati dirasakan didunia Ini, dan perkataan ini jauh sebelumnya telah diungkapkan juga oleh Imam ibnu qayyim dari perkataan guru beliau syeikh Ibnu taimiyah dalam kitab madariju salikin :

فإنه لا نعيم له ولا لذة، ولا ابتهاج، ولا كمال، إلا بمعرفة الله ومحبته، والطمأنينة بذكره، والفرح والابتهاج بقربه، والشوق إلى لقائه، فهذه جنته العاجلة، كما أنه لا نعيم له في الآخرة، ولا فوز إلا بجواره في دار النعيم في الجنة الآجلة، فله جنتان لا يدخل الثانية منهما إن لم يدخل الأولى. وسمعت شيخ الإسلام ابن تيمية قدس الله روحه يقول: إن في الدنيا جنتان من لم يدخلها لم يدخل جنة الآخرة.

Tidak ada kenikmatan dan kelezatan, kesenangan dan kesempurnaan, kecuali makrifatullah dan mahabbah cinta padaNya. Ketenangan dalam berdzikir, bahagia senang ketika dekat denganNya, rindu untuk bertemu denganNya, inilah yang dimaksud dengan surga yang didahulukan. Bagi seorang mukmin surga itu ada 2 bagaimana seseorang akan masuk kepada surga yang kedua kalau dia tidak pernah memasuki surga yang pertama. Ibnu taimiyah berkata : Surga itu ada 2 siapa yang tidak masuk disurga dunia dia tidak akan masuk di surga akhirat.

Ust. Abu menjelaskan panjang lebar kepada seluruh yang hadir tentang hakikat perkataan ini. Juga tentang kebalikan dari hakikat perkataan ini yang sebutkan Allah dalam firmannya :

وَمَنْ كَانَ فِي هَٰذِهِ أَعْمَىٰ فَهُوَ فِي الْآخِرَةِ أَعْمَىٰ وَأَضَلُّ سَبِيلًا

Dan barangsiapa yang buta hatinya di dunia ini, niscaya di akhirat nanti ia akan lebih buta. Dia lebih tersesat dari jalan yang benar. (Al isra : 72).

Sampai2 suara beliau serak entah kenapa suara beliau tidak biasa dari suara yang sering saya dengar. Nadanya tinggi menggelegar namun terasa lembut dan menyentuh hati. Beliau juga menjelaskan tentang ciri wali wali Allah bahwa mereka adalah :

إن أولياء الله لا خوف عليهم ولا هم يحزنون

Sesungguhnya wali2 Allah tiada rasa takut dan sedih...

Beliau juga mengutip sebuah hadits qudsi:

ولا يزال عبدي يتقرب إلي بالنوافل حتى أحبه، فإذا أحببته كنت سمعه الذي يسمع به، وبصره الذي يبصر به، ويده التي يبطش بها، ورجله التي يمشي بها، فبي يسمع، وبي يبصر، وبي يبطش، وبي يمشي» ، وفي الحديث الصحيح «أقرب ما يكون الرب من عبده في جوف الليل الأخير» وفي الحديث أيضا «أقرب ما يكون العبد من ربه وهو ساجد»  «يا أيها الناس، اربعوا على أنفسكم، إنكم لا تدعون أصم ولا غائبا، إن الذي تدعونه سميع قريب، أقرب إلى أحدكم من عنق راحلته» .

Tudaklah ketika hambaku mengerjakan amalan sunnah sampai aku mencintainya, dan jika aku telah mencintainya maka aku akan menjadi telinganya ketika dia mendengar. Aku menjadi penglihatannya ketika dia melihat. Aku akan menjadi tangannya ketika dia memegang. Dan dia bersamaku ketika berjalan. Dan tiada suasana paling dekat antara aku dan hambaku kecuali diwaktu terakhir pada tengah malam. Sedekat2 aku dan hambaku adalah ketika dia sujud. Wahai manusia lirihkan doamu. Engkau tidak berdoa kepada yang bisu dan tuli. Sesungguhnya yang engkau panggil itu adalah yang maha dekat dan maha mendengar bahkan lebih dekat dari punuk hewan kendaraannya. (Madariju Salikin).

Demikianlah sahabat Sc yang bisa saya sampaikan dan saya tulis. Kalau ada kata2 dan sikap selama menemani perjalanan beliau saya mhn maaf dan mhn ampun kepada Allah.

Semoga hikmah ini dapat menjadi pelajaran bagi kita semua. Dan semoga Allah membimbing kita didalam mengarungi bahtera hidup dan kehidupan ini. Dan Insya Allah semoga kita dapat selamat bahagia fiddunya wal alhirah dalam liputan Rahmat dan maghfirahnya. Amiiinnn.

Wassalamualaikum wr wb.

Nur Yasin Arlan Palembang

Kamis, 15 September 2016

Hukuman Yang Tidak Terasa

Seorang murid mengadu kepada gurunya:
"Syaikh, betapa banyak kita berdosa kepada Allah dan tidak menunaikan hakNya sebagaimana mestinya, tapi saya kok tidak melihat Allah menghukum kita".

Sang Guru menjawab dengan tenang:
"Betapa sering Allah menghukummu tapi engkau tidak merasa".

"Sesungguhnya salah satu hukuman Allah yang terbesar yang bisa menimpamu wahai anakku, ialah: Sedikitnya taufiq  (kemudahan) untuk mengamalkan ketaatan dan amal amal kebaikan".

Tidaklah seseorang diuji dengan musibah yang lebih besar dari "kekerasan hatinya dan kematian hatinya".

Sebagai contoh:
Sadarkah engkau, bahwa Allah telah mencabut darimu rasa bahagia dan senang dengan munajat kepadaNya, merendahkan diri kepadaNya, menyungkurkan diri di harapannya..?

Sadarkah engkau tidak diberikan rasa khusyu' dalam shalat..?

Sadarkah engkau, bahwa  beberapa hari2 mu telah berlalu dari hidupmu, tanpa membaca Al-Qur'an, padahal engkau mengetahui firman Allah:
"Sekiranya Kami turunkan Al-Qur'an ini ke gunung, niscaya engkau melihatnya tunduk, retak, karena takut kepada Allah".

Tapi engkau tidak tersentuh dengan Ayat Ayat Al-Qur'an, seakan engkau tidak mendengarnya...

Sadarkah engkau, telah berlalu beberapa malam yang panjang sedang engkau tidak melakukan Qiyamullail di hadapan Allah, walaupun terkadang engkau begadang...

Sadarkah engkau, bahwa telah berlalu atasmu musim musim kebaikan seperti: Ramadhan.. Enam hari di bulan Syawwal.. Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, dst.. tapi engkau belum diberi taufiq untuk memanfaatkannya sebagaimana mestinya..??

Hukuman apa lagi yang lebih berat dari itu..???
Tidakkah engkau merasakan beratnya mengamalkan banyak ketaatan (amal ibadah)..???

Tidakkah Allah menahan lidahmu untuk berdzikir, beristighfar dan berdo'a kepadanya..???

Tidakkah terkadang engkau merasakan bahwa engkau lemah di hadapan hawa nafsu..???

Hukuman apa lagi yang lebih berat dari semua ini..???

Sadarkah engkau, yang mudah bagimu berghibah, mengadu domba, berdusta, memandang ke yang haram..???

Sadarkah engkau, bahwa Allah membuatmu lupa kepada Akhirat, lalu Allah menjadikan dunia sebagai perhatian terbesarmu dan ilmu tertinggi..???

Semua bentuk pembiaran ini dengan berbagai bentuknya ini, hanyalah beberapa bentuk hukuman Allah kepadamu, sedang engkau menyadarinya, atau tidak menyadarinya...

Waspadalah wahai sahabatku, agar engkau tidak terjatuh ke dalam dosa dosa dan meninggalkan kewajiban kewajiban.

Karena hukuman yang paling ringan dari Allah terhadap hambaNya ialah:
"Hukuman yang terasa" pada harta, atau anak, atau kesehatan.

Sesungguhnya hukuman terberat ialah: "Hukuman yang tidak terasa" pada kematian hati, lalu ia tidak merasakan nikmatnya ketaatan, dan tidak merasakan sakitnya dosa._

Karena itu wahai sahabat2ku, Perbanyaklah di sela sela harimu, amalan taubat dan istighfar, semoga Allah menghidupkan hatimu...

**(Diterjemahkan dari Taushiyah Syaikh Abdullah Al-'Aidan di Masjidil Haram) Ustdz Djazuli